p.s. Az-Zahra

83! Siapa yang memutuskan pilihan untukku? #JurnalStoik

Malam..

Yang memutuskan pilihan untukku, harusnya aku.

Namun akhir-akhir ini aku merasa sebagian besar dari keputusan itu bersumber bukan dari aku, maksudnya aku terpaksa melakukan itu.

Contohnya saja ketika aku menyisihkan uang untuk membayar tagihan cicilanku, kemudian ada kebutuhan mendesak yang bersumber dari keluargaku, aku memutuskan untuk membantu keluargaku terlebih dahulu karena dalam pikiranku, mereka minta tolong pada siapa lagi kalau bukan aku, kemudian begitu terus, sampai aku sadar bahwa kebutuhan mendesakku juga harus diurus, bahwa aku juga butuh dan aku juga harus membuat batasan, bahwa siapa juga yang akan menolong aku jika bukan diriku sendiri.

Kabar baiknya, aku mulai bangkit dan memperjuangkan hak ku, kabar buruknya tidak ada, ini menyenangkan mengetahui bahwa aku memperhatikan diriku sendiri dengan baik, tatapan sinis dan keraguan orang lain di atas usahaku bukanlah urusanku, itu memang agak mengganggu, tapi ini pilihanku, aku yang menentukan, aku yang menginginkan.

Semoga kedepannya aku bisa terus menjaga keseimbangan antara kebahagiaan aku dan keluargaku, disetarakan saja, aku juga berhak bahagia dengan kerja keras ini.

Maafkan aku, ma, aku juga punya cita-cita yang harus diperjuangkan, aku akan tetap bantu semampuku, tapi hanya sebatas kapasitasku saja.